BINTAMA
Bina Mental Kepemimpinan Siswa
2009
Bina Mental Kepemimpinan Siswa
2009
Akhirnya, gue dan kawan-kawan seangkatan gue Hasta Praja Sanggakara (HASTARA) telah menyelesaikan satu program wajib terakhir sebagai siswa Labschool, yaitu Bintama a.k.a Bina Mental Kepemimpinan Siswa. Dari namanya aja udah tercium unsur-unsur disiplin dan pembentukan mental.
Jadi, Bintama itu programnya Labschool yang wajib diikuti oleh semua siswa Labschool. Kalau nggak ikut, nantinya nggak akan bisa ikut UAN atau ijazahnya akan ditahan. Selama Bintama kita akan dilatih selama kurang lebih 6 hari oleh para kopassus dengan sistem militer. Kali ini, HASTARA melaksanakan Bintama dari tanggal 15-20 Juni 2009, satu hari setelah ujian kenaikan kelas. Bisa dibilang, Bintama itu nightmare-nya anak-anak Labschool. Memang sih, awalnya males dan ngebetein banget. Apalagi bayarnya mahal banget, sejuta kurang dikit. Tapi setelah dijalanin, nggak terlalu buruk, kok.
Hari Senin tanggal 15, HASTARA berkumpul di sekolah lalu berangkat ke Pusdikpassus (Pusat Pendidikan Pasukan Khusus) di Batujajar, Bandung, yang jadi lokasi Bintama. Itu tuh tempat pelatihan militer gitu. Begitu bus sudah sampai kira-kira kurang 2 km dari lokasi, seisi bus langsung teriak-teriak panik karena sebentar lagi Bintama akan segera dimulai dan rasanya mental kita belum cukup kuat. Apalagi ditambah dengan tulisan-tulisan JIKA ANDA RAGU-RAGU LEBIH BAIK KEMBALI SEKARANG JUGA di jalanan memasuki Pusdikpassus. Setelah sampai, kita langsung melaksanakan upacara pembukaan. Matahari terik bangeeeeet parah. Untung kita udah mengantisipasi dengan sunblock. Setelah itu cek kesehatan.
Kita tinggal di barak tentara yang sebenernya cukup lumayanlah, tiap orang dapet satu tempat tidur berkasur dan lemari dalam satu barak yang bisa ditempati kira-kira 12 orang. Ada kamar mandi di dalam juga, tapi cenderung jarang ada airnya zz. Semua dilakukan secara militer. Ngeberesin dan menata kamar pun secara militer. Bahkan saat makan! Jadi makannya pakai di-komando segala, dalam hitungan menit yang ditentukan oleh kopassusnya kita harus udah abis. Dengan ompreng berisi nasi yang banyaaak, lauk yang seringnya hambar, dan sayur yang seringnya rasanya aneh, harus dihabiskan dalam waktu nggak lebih dari 5 menit. Mungkin karena gue belum beradaptasi dengan makanan dan sistem makan-nya, akhirnya hari pertama dan kedua gue sakit dan lesu tak bertenaga. Hari pertama dan kedua gue mual-mual sepanjang hari, pusing, dan muntah-muntah, sehingga perut gue kosong tapi nggak bisa makan. Muka gue juga keliatan capek banget. Yang pertama sadar kalo muka gue capek banget dan kayaknya ada yang 'salah' tuh Inta sama Anggi. Makanya, waktu hari kedua kan ada outbond, gue nggak bisa ikut. Baru hari ketiganya semangat, tenaga, dan kesehatan gue sudah pulih. Gue juga sudah terbiasa dengan makanannya yang 'begitu'. Hari ketiga materinya halang rintang dan latihan mendayung perahu karet tentara biarpun cuma di kolam renang kedalaman 5 meter. Kita juga belajar cara pemberian napas buatan dan alat-alat selam. Intinya, hari ini berkotor-kotor dengan lumpur dan basah-basahan. Hari keempat, kita semua pindah lokasi ke Situ Lembang. Kita semua excited banget. Soalnya Situ Lembang menyimpan aura-aura mistis sekaligus mengesankan. Jadi, Situ Lembang itu sebuah danau dan daerahnya juga merupakan tempat pelatihan militer yang dikelilingi hutan belantaran yang benar-benar masih hutan. Lokasinya di kaki gunung, jadi super dingiiiiin. Dan kebetulan gue dan beberapa kawan se-pleton bisa ke Situ Lembang naik tronton, jadi lebih seru. Sampai di Situ Lembang kita disuruh ngerasain airnya dulu dengan menceburkan diri ke sungai kecil yang airnya luar biasa dingin. Danaunya luas dan indah banget. Apalagi di sekelilingnya banyak pepohonan pinus, hutan-hutan, dan pegunungan. Siang dan sorenya, kita latihan melempar pisau dan mendirikan tenda. Lalu malamnya................................. CARAKA MALAM alias JURIT MALAM! Lokasinya nggak main-main, di HUTAN! Itu hutannya bener-bener hutan yang belantaran. Dan untungnya cewek-cewek caraka malamnya berombongan berlima atau berenam dan diberangkatkan tidak terlalu malam. Sedangkan yang cowok selain cuma berdua-dua, berangkatnya juga lebih malam. Tapi baik cewek maupun cowok tetep aja sama-sama saling tunggu-tungguan dan akhirnya beberapa kelompok jadi satu berangkat bareng. Supaya nggak nyasar, kita berjalan menyusuri hutan dengan HARUS memegang tali. Tali itu nggak boleh terlepas, kalau terlepas ya nyasar di tengah hutan sampai pagi. Dan sialnya, ini tuh bukan jurit malam biasa yang cuma jalan ditakutin jalan ditakutin. Selain ditakutin oleh hantu bohong-bohongan yang alay norak dan nggak lucu banget (demi Alloh, kopassusnya nggak jago banget nakutinnya, contohnya pocong-pocongan yang diluncurkan pakai flying fox jadi seolah-olah melayang padahal kedengeran banget suara ZREEEEEEETTTTTTT waktu diluncurin dan ditarik), kita juga harus melewati medan yang susah banget. Apalagi itu super-duper-ultra-luarbiasa gelap. Satu-satunya patokan kita cuma tali dan harus terus berpegangan bahu sama kawan di depan. Rutenya tuh ada yang menanjak, berbatu-batu, banyak akar-akar pohon, berair, berlumpuuuuurrrr, terus ada juga yang super sempit kayak di gang senggol, ada yang kita harus merangkak karena jalurnya melewati liang babi, dan juga lewat sungai dangkal berbatu-batu. Jadi, selama caraka malam pasti kita akan ngerasain namanya kepleset, jatuh terjerembap, kesandung, meluncur di turunan berlumpur, dan banyak lagi. Ada juga pos yang tiap orang harus meniti tali trus sengaja talinya diputusin lalu kita jatuh seolah-olah ke sungai padahal ternyata ada jaring pelindungnya, lalu ada posnya kita harus meluncur di papan bambu laluuuuu BYUUUURRRR... masuk sungai. Dan thanks to Baiq dan Yaya, yang jadi leader tim caraka malam gue. Mereka berdua tuh heroes banget, deh! Walau kadang-kadang jiper, mereka tetep berani. I love you, Yaya & Baiq! Tim gue berangkat sekitar jam 10an atau lebih, pokoknya sampai finish sekitar jam setengah 1 malam. Pagi-paginya kita ada penjelajahan yang cukup seruuuu. Sayang, dua dari tim penjelajahan gue, Sasya dan Inta, hanya bisa ikut setengah jalan karena mereka harus pulang duluan ke Jakarta karena harus latihan nari untuk Misi Kebudayaan ke Jerman. Sore dan malamnya, ada materi survival. Jadi kita dikasih tau jenis-jenis ular dan tumbuhan-tumbuhan yang bisa dimakan atau dijadikan obat. Kita juga sempet bikin sate ular. Rasa dagingnya lumayan enak tapi agak keras dan agak spicy. Setelah itu kita makrab, api unggun gitu ada pensi angkatan juga, setelah itu makan sate ayam dan kambing guling. Lalu kembali ke barak, packing untuk pulang besok, dan tiduuuuurrrrrr. Satu kata, Situ Lembang super dingin! Katanya sih sampai 6 derajat celcius. Besoknya, kita semua balik ke Batujajar untuk upacara penutupan, foto, dan kembali ke Jakarta. Biarpun kopassusnya rese, nyebelin, dan nggak santai, tapi ada beberapa kopassus yang asik dan baik. Contohnya Pak Pelatih Tantan dan Pak Pelatih Jumeneng yang merupakan dokter kopassus. Kalau kita ngeliat Bintama dari sisi negatifnya sih emang isinya cuma kegiatan yang malesin, bikin kulit gosong, dan ribet. Tapi sebenernya Bintama tuh asik dan seru paraaah. Biarpun hasilnya kulit gosong terbakar, tangan kaki lecet semua, tapi bayangin deh, kapan lagi kita bisa ke markas kopassus? Kapan lagi kita dapet pelatihan militer gini? Kapan lagi kita menyusuri hutan di tengah malam? Kapan lagi kita bisa berada di tengah-tengah hutan di kaki gunung? Hm, kalau dipikir-pikir sekolah di Labschool asik juga ya haha.
Jadi, Bintama itu programnya Labschool yang wajib diikuti oleh semua siswa Labschool. Kalau nggak ikut, nantinya nggak akan bisa ikut UAN atau ijazahnya akan ditahan. Selama Bintama kita akan dilatih selama kurang lebih 6 hari oleh para kopassus dengan sistem militer. Kali ini, HASTARA melaksanakan Bintama dari tanggal 15-20 Juni 2009, satu hari setelah ujian kenaikan kelas. Bisa dibilang, Bintama itu nightmare-nya anak-anak Labschool. Memang sih, awalnya males dan ngebetein banget. Apalagi bayarnya mahal banget, sejuta kurang dikit. Tapi setelah dijalanin, nggak terlalu buruk, kok.
Hari Senin tanggal 15, HASTARA berkumpul di sekolah lalu berangkat ke Pusdikpassus (Pusat Pendidikan Pasukan Khusus) di Batujajar, Bandung, yang jadi lokasi Bintama. Itu tuh tempat pelatihan militer gitu. Begitu bus sudah sampai kira-kira kurang 2 km dari lokasi, seisi bus langsung teriak-teriak panik karena sebentar lagi Bintama akan segera dimulai dan rasanya mental kita belum cukup kuat. Apalagi ditambah dengan tulisan-tulisan JIKA ANDA RAGU-RAGU LEBIH BAIK KEMBALI SEKARANG JUGA di jalanan memasuki Pusdikpassus. Setelah sampai, kita langsung melaksanakan upacara pembukaan. Matahari terik bangeeeeet parah. Untung kita udah mengantisipasi dengan sunblock. Setelah itu cek kesehatan.
Kita tinggal di barak tentara yang sebenernya cukup lumayanlah, tiap orang dapet satu tempat tidur berkasur dan lemari dalam satu barak yang bisa ditempati kira-kira 12 orang. Ada kamar mandi di dalam juga, tapi cenderung jarang ada airnya zz. Semua dilakukan secara militer. Ngeberesin dan menata kamar pun secara militer. Bahkan saat makan! Jadi makannya pakai di-komando segala, dalam hitungan menit yang ditentukan oleh kopassusnya kita harus udah abis. Dengan ompreng berisi nasi yang banyaaak, lauk yang seringnya hambar, dan sayur yang seringnya rasanya aneh, harus dihabiskan dalam waktu nggak lebih dari 5 menit. Mungkin karena gue belum beradaptasi dengan makanan dan sistem makan-nya, akhirnya hari pertama dan kedua gue sakit dan lesu tak bertenaga. Hari pertama dan kedua gue mual-mual sepanjang hari, pusing, dan muntah-muntah, sehingga perut gue kosong tapi nggak bisa makan. Muka gue juga keliatan capek banget. Yang pertama sadar kalo muka gue capek banget dan kayaknya ada yang 'salah' tuh Inta sama Anggi. Makanya, waktu hari kedua kan ada outbond, gue nggak bisa ikut. Baru hari ketiganya semangat, tenaga, dan kesehatan gue sudah pulih. Gue juga sudah terbiasa dengan makanannya yang 'begitu'. Hari ketiga materinya halang rintang dan latihan mendayung perahu karet tentara biarpun cuma di kolam renang kedalaman 5 meter. Kita juga belajar cara pemberian napas buatan dan alat-alat selam. Intinya, hari ini berkotor-kotor dengan lumpur dan basah-basahan. Hari keempat, kita semua pindah lokasi ke Situ Lembang. Kita semua excited banget. Soalnya Situ Lembang menyimpan aura-aura mistis sekaligus mengesankan. Jadi, Situ Lembang itu sebuah danau dan daerahnya juga merupakan tempat pelatihan militer yang dikelilingi hutan belantaran yang benar-benar masih hutan. Lokasinya di kaki gunung, jadi super dingiiiiin. Dan kebetulan gue dan beberapa kawan se-pleton bisa ke Situ Lembang naik tronton, jadi lebih seru. Sampai di Situ Lembang kita disuruh ngerasain airnya dulu dengan menceburkan diri ke sungai kecil yang airnya luar biasa dingin. Danaunya luas dan indah banget. Apalagi di sekelilingnya banyak pepohonan pinus, hutan-hutan, dan pegunungan. Siang dan sorenya, kita latihan melempar pisau dan mendirikan tenda. Lalu malamnya................................. CARAKA MALAM alias JURIT MALAM! Lokasinya nggak main-main, di HUTAN! Itu hutannya bener-bener hutan yang belantaran. Dan untungnya cewek-cewek caraka malamnya berombongan berlima atau berenam dan diberangkatkan tidak terlalu malam. Sedangkan yang cowok selain cuma berdua-dua, berangkatnya juga lebih malam. Tapi baik cewek maupun cowok tetep aja sama-sama saling tunggu-tungguan dan akhirnya beberapa kelompok jadi satu berangkat bareng. Supaya nggak nyasar, kita berjalan menyusuri hutan dengan HARUS memegang tali. Tali itu nggak boleh terlepas, kalau terlepas ya nyasar di tengah hutan sampai pagi. Dan sialnya, ini tuh bukan jurit malam biasa yang cuma jalan ditakutin jalan ditakutin. Selain ditakutin oleh hantu bohong-bohongan yang alay norak dan nggak lucu banget (demi Alloh, kopassusnya nggak jago banget nakutinnya, contohnya pocong-pocongan yang diluncurkan pakai flying fox jadi seolah-olah melayang padahal kedengeran banget suara ZREEEEEEETTTTTTT waktu diluncurin dan ditarik), kita juga harus melewati medan yang susah banget. Apalagi itu super-duper-ultra-luarbiasa gelap. Satu-satunya patokan kita cuma tali dan harus terus berpegangan bahu sama kawan di depan. Rutenya tuh ada yang menanjak, berbatu-batu, banyak akar-akar pohon, berair, berlumpuuuuurrrr, terus ada juga yang super sempit kayak di gang senggol, ada yang kita harus merangkak karena jalurnya melewati liang babi, dan juga lewat sungai dangkal berbatu-batu. Jadi, selama caraka malam pasti kita akan ngerasain namanya kepleset, jatuh terjerembap, kesandung, meluncur di turunan berlumpur, dan banyak lagi. Ada juga pos yang tiap orang harus meniti tali trus sengaja talinya diputusin lalu kita jatuh seolah-olah ke sungai padahal ternyata ada jaring pelindungnya, lalu ada posnya kita harus meluncur di papan bambu laluuuuu BYUUUURRRR... masuk sungai. Dan thanks to Baiq dan Yaya, yang jadi leader tim caraka malam gue. Mereka berdua tuh heroes banget, deh! Walau kadang-kadang jiper, mereka tetep berani. I love you, Yaya & Baiq! Tim gue berangkat sekitar jam 10an atau lebih, pokoknya sampai finish sekitar jam setengah 1 malam. Pagi-paginya kita ada penjelajahan yang cukup seruuuu. Sayang, dua dari tim penjelajahan gue, Sasya dan Inta, hanya bisa ikut setengah jalan karena mereka harus pulang duluan ke Jakarta karena harus latihan nari untuk Misi Kebudayaan ke Jerman. Sore dan malamnya, ada materi survival. Jadi kita dikasih tau jenis-jenis ular dan tumbuhan-tumbuhan yang bisa dimakan atau dijadikan obat. Kita juga sempet bikin sate ular. Rasa dagingnya lumayan enak tapi agak keras dan agak spicy. Setelah itu kita makrab, api unggun gitu ada pensi angkatan juga, setelah itu makan sate ayam dan kambing guling. Lalu kembali ke barak, packing untuk pulang besok, dan tiduuuuurrrrrr. Satu kata, Situ Lembang super dingin! Katanya sih sampai 6 derajat celcius. Besoknya, kita semua balik ke Batujajar untuk upacara penutupan, foto, dan kembali ke Jakarta. Biarpun kopassusnya rese, nyebelin, dan nggak santai, tapi ada beberapa kopassus yang asik dan baik. Contohnya Pak Pelatih Tantan dan Pak Pelatih Jumeneng yang merupakan dokter kopassus. Kalau kita ngeliat Bintama dari sisi negatifnya sih emang isinya cuma kegiatan yang malesin, bikin kulit gosong, dan ribet. Tapi sebenernya Bintama tuh asik dan seru paraaah. Biarpun hasilnya kulit gosong terbakar, tangan kaki lecet semua, tapi bayangin deh, kapan lagi kita bisa ke markas kopassus? Kapan lagi kita dapet pelatihan militer gini? Kapan lagi kita menyusuri hutan di tengah malam? Kapan lagi kita bisa berada di tengah-tengah hutan di kaki gunung? Hm, kalau dipikir-pikir sekolah di Labschool asik juga ya haha.
No comments:
Post a Comment